LENTINGAN DILEMA DIBAWAH RIMBUNAN RANDU
oleh Ludwig Caspar pada 05 Juli 2010 jam 23:29
Tiada cukupkah ku balur kasih-
dilaju darahku..?
Tiada cukupkah ku aliri tulus didegup-
denyut nadimu..?
Tiada lekatkah pandang kala tabir netraku-
mengungkap asaku hingga tiada sebulir-
rimah terselip tersembunyi diruang hatiku..?
Jangan kau berharap tuk menjadi bidadari...
Karena adalah engkau pemilik istana disurga jiwa-
tempat bermain para bidadari menggandeng-
dan memegang tiap ujung jubah kebesaran-
kasihmu...
Dan...
Raihlah ujung lidahku dipenghujung lenggok-
tarian sang waktu...
Raihlah syairku dalam lenggangmu...
Karena jiwaku telah ternaung dalam kalbumu...
Karena langgamku setiap waktu tak lekang-
dari kulit arimu...
Selalu dan sepanjang waktu...
Namun...
Kala ku berdiri dibawah rimbunan randu...
Tegak ku layu dikesunyian sepi dalam-
legamnya sang waktu yang memperdengarkan-
lentingan-lentingan suara jangkrik seakan-
memacu sayup zikir dari kampung lembah-
kaki gunung...
Dan...
Bulan menghilang seakan tak ingin lengah-
mencumbu bintang dibalik awan hitam-
menampilkan bayang gurat beratnya-
mendung di kisi langit itu...
Sementara aku masih disini...
Masih disini dengan tegak layuku dibawah-
rimbunan randu dibalik pintu,dibelakang hatimu...
- Pujangga Malam, Rianfique Einstein, Sule Tyo Alexandro dan 9 lainnyamenyukai ini.
Pasted from <http://www.facebook.com/note.php?note_id=463454985040>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar