Senin, 15 Agustus 2011

Senyum Diantara Luka


Sengal-sengal nafas semakin menuntunku-
ke ruang-ruang gelap itu
Dan seketika bayang mendulang kesedihan-
demi kesedihan jasad ibuku seakan menatap pilu
Seakan berkata,,aku melihat lukamu anak-ku
Lantas...
Lantai-lantai granit bagai bersinar-
bak bintang beku diatas bungkahan batu

Sengal-sengal nafasku berharap aku-
akan terus belajar untuk tetap merasa nyaman
dalam lingkaran cahaya yang semakin memudar,
bahwa segala kenangan tentang angin di rambut-
serta kelopak bunga mawar yang demikian memekar-
akan pula meredup dengan berjalannya waktu

Dalam sengal nafasku
Racun yang teroles di delimamu
Semakin membawa jiwaku kian terperosok-
dalam kelunya dingin malam, seakan kau-
mencengkram dalam niatmu, bahwa gelap-
tak-kan kau akhiri dipelintasan jalanku,,malammu
Dan berharap segala bayangan kegelapan menyakitiku
Namun...
Ingatlah...
Setetes darah telah mengalir dari-
tajamnya mataku diantara senyumku,-
yang disewaktu kan meminta-
pertanggungan-jawab atas laku-mu

Bersama,,Desah-desah nafas
Bersama,,Renik rinding diatas jangat
Bersama,,Pekik lirih yang menyengat
Akan-ku terus bertahan dalam sengal jasad-
yang tiada henti tersayat-
hingga belulang tampak memucat
Dan...
Ingatlah...
Setetes darah telah mengalir dari-
tajamnya mataku diantara senyummu,-
yang disewaktu kan meminta-
pertanggungan-jawab atas laku-ku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar